Selasa, 17 Februari 2015

Akhir Semester Gasal

Tema : Warna Warni Gunadarma
Judul : Akhir Semester Gasal
           
Diakhir semester gasal tahun ini banyak kegiatan dan aktivitas yang dilakukan oleh mahasiswa universitas gunadarma. Diantaranya UAS (ujian akhir semester) yang dilaksanakan pada 27 Januari – 11 Februari 2015. Pengambilan dan pembayaran blanko semester genap. Serta UU (ujian utama) yang berlangsung pada 17 Februari – 23 Februari 2015.
            Bagi mahasiswa aktif kegiatan tersebut merupakan kewajiban. Menjelang UAS banyak mahasiswa yang sudah mempersiapkan diri untuk menempuh ujian namun ada juga yang belum sama sekali memperispkan diri. Contoh mahasiswa yang belum atau tidak mempersiapkan dirinya adalah lupa membawa KRS, tidak memiliki alat tulis (pensil, penghapus, rautan dan pulpen), tidak tahu jadwal ujian serta ruangan ujian, dan tidak belajar. Seperti yang terlihat 15 menit sebelum memasuki ruangan ujian banyak mahasiswa yang melakukan berbagai kegiatan yaitu, membaca dan belajar, menyiapkan KRS dan alat tulis, bermain hp, mengobrol, bahkan ada yang belum sampai di depan ruang ujian. Didalam ruang ujian pun ada saja tingkah laku mahasiswa seperti, meminjam penghapus, berdiskusi (sedangkan dalam peraturan tidak boleh berdiskusi), membuat keributan (mentertawakan hal yang tidak lucu), dan mencoba mencontek.
            Selain UAS, mahasiswa juga harus membayar blanko semester genap di Bank DKI. Batas waktu pembayaran sudah tertera pada blanko. Memang terkadang ada saja mahasiswa yang mengulur-ulur waktu pembayaran, karena diblanko sudah tertera batas waktu pembayarannya jadi dianggap gampang, seharusnya membayar lebih cepat lebih baik agar mengurangi panjangnya antrian. Seperti yang terlihat antrian menuju Bank DKI mulai panjang, bahkan sudah mencapai loby. Itu artinya sudah mendekati atau sudah memasuki batas waktu pembayaran. Bagi mahasiswa yang belum memiliki uang untuk membayar sampai pada batas waktu pembayaran dapat memperpanjang atau memecah blanko pembayaran di loket PSMA. Terlihat juga panjangnya antrian mahasiswa yang ingin memperpanjang blanko diloket PSMA lantai 2 gedung J1.

            Lalu UU, ujian yang hanya terdiri dari beberapa mata kuliah (tidak sebanyak UAS). Mempunyai kartu ujian sendiri, jadi selain membawa KRS dan KTM juga harus membawa kartu ujian utama. Mengenakan pakaian yang sudah ditentukan yaitu, kemeja putih, rok dan celana bahan berwarna hitam serta sepatu tertutup. Semoga kegiatan yang sedang dilaksanakan atau sudah dilaksanakan oleh semua mahasiswa berjalan dengan lancar dan medapatkan hasil yang memuaskan. Sebenarnya masih banyak lagi kegiatan-kegiatan yang lain seperti dibukanya pendaftaran FOUNDTASTIC 2015. Itulah kegiatan mahasiswa diakhir semester gasal tahun ini. 



Terimakasih BEM FIKTI UG & FENOM ^^ 

Senin, 02 Februari 2015

Doumo Arigatou (part 3)

Ini sudah hampir malam. Aku masih duduk disini. Berulang kali aku melihat telpon genggamku. Tidak ada pesan sama sekali. Untuk apa aku berharap Ken menghubungiku. Aku memutuskan untuk beranjak dari kursi yang kududuki sampai akhirnya telpon genggamku berbunyi. Ada pesan dari Ken. Setelah membaca pesan dari Ken aku segera menuju tempat dimana kami akan bertemu. Sesampainya disana aku masih sendiri, Ken belum sampai ternyata. Setelah beberapa menit menunggu akhirnya Ken tiba. Banyak hal yang kami bicarakan, seperti biasa aku selalu senang jika melihat Ken bercerita. Jam hampir menunjukan pukul 10 malam. Ken mengajakku pulang bersama, tentu aku tidak bisa menolaknya. Selama perjalanan pulang kami sesekali berbicara lalu terdiam, Ken yang sesekali menengok kebelakang lalu menatapku atau sekedar melirik melalui kaca spion motornya, dan tangan kirinya yang meraih tangan kiriku untuk digenggamnya dan tidak pernah dilepasnya selama perjalanan pulang.

            Rin terus saja mempermasalahkan apa yang menjadi pilihanku. Tapi bagaimana lagi Rin? Ini lah yang aku pilih apapun yang akan terjadi hanya aku yang tau dan hanya aku yang merasakan. Memang agak sulit untukku menjelaskan pada Akira dengan semua keadaan ini. Aku bingung harus memulai dari mana jika aku ingin membahas ini dengan Akira. Aku memutuskan untuk menuangkan semuanya kedalam sebuah tulisan, mungkin suatu saat Akira akan membacanya.





Terimakasih.


Terimakasih Akira kau sudah selalu ada untukku, selalu sabar dengan semua tingkah lakuku, selalu membuatku tertawa dan sebagainya. Aku tau kau menungguku tapi bisakah kau tidak menunggu?  Kau tau kan menunggu itu adalah hal yang sangat tidak menyenagkan. Sebenanrnya itu adalah hak mu, jika kau ingin menunggu ya mrnunggu lah dengan penuh sabar. Maaf jika mungkin selama ini kau merasa tidak pernah ku lihat. Bukan maksudku seperti itu tapi kau selalu tau dan kau tau sekali aku masih disini menunggu Ken. Mungkin suatu saat entah kapan aku pasti akan melihatmu dan menyayangimu sama seperti aku menyayangi Ken dan mungkin terlalu lama bagimu menungguku seperti itu hingga kau pergi hehe. tidak masalah bagiku jika kau pergi karena memang ini lah yang aku pilih dan mungkin penyesalan yang akan aku dapat suatu hari nanti  tapi jika aku harus jujur aku tak ingin kau pergi Akira, aku ingin kau tetap disini sebagai shabatku atau apapun itu. 


Doumo Arigatou… Akira. 









terimakasih sudah membaca. maaf jika ada kesamaan cerita,tokoh dan lainnya. Arigatou mina~ ^^ 

Doumo Arigatou (part 2)

Akira menyukaimu. Kau tidak pernah menyadarinya atau kau tidak mau mengakuinya?

Bukan tidak menyadarinya, belakangan ini memang banyak perubahan dari Akira dan menurutku itu bukan perubahan yang harus diperhatikan dan dipikirkan. Tapi apa maksud Rin “atau kau tidak mau mengakuinya?”.

            Setelah percakapan dengan Rin saat itu membuatku menjadi pusing. Aku masih tidak mengerti apa yang dia pikirkan. Tetapi perkataan Rin kepadaku tidak membuatku berhenti berhubungan dengan Akira. Semakin jelas Akira menunjukkan semuanya kepadaku tetapi aku tidak tahu harus berbuat apa. Jika memang benar Akira menyayangiku lalu bagaimana perasaannya disaat Ken sedang bersama ku? Astaga. Jahat sekali diriku ini. Lalu kenapa aku tidak menjaga jarak saja dengan Akira dan tetap menunggu Ken? Apa mungkin? Tidak!

Aku memang menunggu Ken selalu menunggu. Sampai akhirnya aku tidak menyadari kedatangan Akira disaat aku lelah menunggu Ken. Lalu… Astaga, sekarang aku mengerti apa yang di maksud oleh Rin. Aku memang selalu menyadari jika Akira menyukaiku tapi aku tidak ingin berlebihan menanggapinya karena dia sahabatku dan aku tidak mau mengakuinya karena…aku takut terlalu dalam nyaman bersama Akira. Tidak mungkin! Tidak Tidak Tidak. Akira adalah sahabatku dan perasaanku pun masih sama terhadap Ken. Bagaimana ini?

            Semua berjalan seperti biasanya. Semua mengalir apa adanya. Aku tidak bisa menjaga jarak dengan Akira dan itu tidak mungkin terjadi. Sabtu sore, aku memang sudah berjanji pada Rin untuk mampir kerumahnya untuk mengambil buah tangan (oleh-oleh).

“Bagaimana?” Tanya Rin tiba-tiba

“Apanya yang bagaimana?”

“Kau sudah menyadarinya?”

“Menyadari apa?”

“Akira”

“oh uhmm. Ya”

“Lalu?”

“Apa?”

“Astaga Luna, lalu bagaimana pilihanmu? Kau ingin bersama Akira atau menunggu Ken”

“Menunggu Ken”

“Hah? Apa?”

“Aku akan terus menunggu Ken”

“Luna kau ini…..”

“Jangan salah kan Ken, aku yang bodoh ingin menunggunya.”

“kau tidak pernah berubah, kau selalu seperti itu jika sudah menyayangi seseorang. Kau selalu menyakiti dirimu sendiri. Betapa beruntungnya orang yang kau sayang tapi ia tidak bisa membalas menyayangimu, itu tidak adil Luna.”

“Hheemmm”

“Pikirkan sekali lagi Luna, Akira menyayangimu dan aku tau kau juga menyayanginya walaupun mungkin… ya mungkin tidak lebih dari seorang sahabat. Tapi pasti kau bisa menyayangi Akira seperti kau menyayangi Ken”

“Oh iya aku ingin melihat foto saat kau di Thailand, pasti menyenangkan sekali bukan”

“Ah kau ini… baiklah”

Itu adalah cara satu-satunya agar Rin tidak terus-menerus membahas tentang Akira.

            Dimana dia? Aku sudah mengelilingi gedung universitas tetapi belum juga menemukan Akira. Ah itu dia. Dia sedang duduk sambil menulis. Tetapi menulis apa? Sepertinya bukan sedang mengerjakan tugas. Aku menghampiri Akira yang saat itu sedang serius-seriusnya menulis hingga tidak menyadari kehadiranku. Aku mengintip sedikit ke kertas yang sedang ditulisnya. “Kamu dan aku menjadi kita”. Hanya kalimat itu yang bisa kulihat saat itu sisanya tidak. Apa maksud tulisan itu? Akira menengok ke arah ku dan segera menyembunyikan kertas itu.

“hai Luna, aku tidak tau kau ada disini”

“hai, ya kau begitu serius hingga tidak menyadarinya”

“sudah lama?”

“apa?”

“kau sudah lama ada disini?”

“ohh, tidak, tidak, aku baru saja sampai”

Akira menghembuskan napas berat dan mengelus-ngelus dadanya.

“kau kenapa?”

“oh itu uuuhhmmm tidak, tidak, tidak apa-apa hehehe”

“Aku belum melihat Ken hari ini, kau sudah melihatnya belum?”

“belum”

“Dimana ya dia?”

“tidak tahu” .

“Kau ini kenapa sih?”

“Tidak apa-apa. Aku haus. Aku pergi dulu ya”


Dan Akira meninggalkan ku sendiri. Akira sering sekali seperti itu jika aku mulai menanyakan atau membahas Ken. 

Doumo Arigatou (part 1)


Terimakasih.
Kata yang kita ucapkan ketika seseorang telah menolong atau membantu kita dalam hal apapun atau bentuk apapun.

Terimakasih.
Satu kata begitu sederhana tapi dapat memberikan kebahagiaan tersendiri pada banyak orang.

Terimakasih.
Untuk kamu yang telah membuatku merasakan semua ini.

Terimakasih.
Untuk dia yang selalu ada untukku disaat aku senang maupun sedih.

Terimakasih.
Untuk kalian yang selalu ada dan menemani.

            Menurutku hidup sangat tidak adil. Mengapa semua orang begitu beruntung memiliki hidup yang sempurna sedangkan aku tidak. Mereka bisa begitu bahagia saat tertawa seprti tidak ada yang harus difikirkan atau dikhawatirkan. Sering kali aku memaki hidupku sendiri. Betapa tidak menyenangkan menjadi diriku. Panggil saja aku Luna usiaku 19 tahun dan aku sangat senang menulis. Semua yang ku alami pasti akan aku tuangkan dalam sebuah tulisan atau hanya sekedar imajinasi yang ku tuangkan dalam tulisan.

“tulisanmu bagus sekali Luna, aku sangat menyukainya”

“terimakasih banyak”

“sepertinya semua yang kau tulisakan adalah kehidupanmu, hidupmu begitu menyenangkan luna”

Aku hanya bisa tersenyum saat mereka mengatakan jika hidupku ini menyenangkan. Kalian salah!!! Hidupku begitu menyedihkan. Dan semua cerita yang ku tulis tidak semuanya pernah ku alami itu hanya imajinasi saja.

            Aku memiliki beberapa teman dekat, ya sangat dekat. Berawal dari sebebuah pertemanan lalu persahabatan. Saling berbagi membuat kami menjadi semakin dekat seperti keluarga. Berbagi kebahagiaan, berbagi kesedihan, berbagi banyak cerita. Dia adalah salah satu sahabatku, sahabat yang sangat menjengkelkan. Akira. Begitulah aku biasa memanggilnya. Sahabat yang memiliki banyak… ya tidak banyak juga, yang memiliki sedikit banyak kesamaan denganku. Karena aku yang tidak pernah memikirkan jarak antara lawan jenis yang membuatku dengan Akira juga yang lainnya begitu dekat. Dengan Akira aku bisa menceritakan banyak hal. Dengan Akira aku bisa tertawa. Dengan Akira aku bisa meluapkan semua keluh kesahku tentang Ken.

            Ken adalah orang yang sangat aku sayangi. Jika melihat Ken rasanya semangatku meningkat beribu-ribu kali lipat. Seseorang yang sangat menyebalkan tapi selalu bisa membuatku merindukannya. Tapi Ken juga yang selalu membuatku murung dan sedih karena nyatanya Ken bukan siapa-siapa dalam kehidupanku. Aku bisa menceritakan itu semua kepada Akira dan Akira selalu memiliki caranya tersendiri untuk menghiburku dan membuatku lupa tentang apa yang sedang aku alami saat itu. Selain Ken Akira pun selalu memberikan semangat kepadaku. Bukan hanya memberikan semangat tetapi dia juga tidak pernah lupa mengingatkan ku untuk menjaga kesehatan. Akira adalah sahabat yang sangat baik sekali. Sampai akhirnya aku menyadari sesuatu yang selama ini ada tapi tidak pernah ku lihat.

            Semenjak bertemu Ken dan Akira aku lebih mensyukuri hidup yang kumiliki sekarang. Ternyata masih banyak diluar sana bahkan teman dekat ku sendiri yang hidupnya sangat menyedihkan. Dan baru-baru ini aku mengetahui ada beberapa temanku yang iri denganku karena hidup yang ku jalani saat ini. Aku terdiam merenung. Aku tidak habis pikir dengan semua itu. Aku yang selalu mengeluh dengan hidup ku tetapi ada orang lain yang ingin sekali sepertiku. Betapa bodohnya aku ini tidak mensyukuri semua yang telah aku miliki.

Ken banyak menceritakan berbagai hal kepadaku. Aku sangat senang mendengarnya bercerita terutama saat dia menghentikan ceritanya lalu menatapku dalam-dalam dan tersenyum. Walaupun sebenarnya sampai sekarang aku tak pernah mengerti mengapa akhir-akhir ini Ken sering kali menatapku dengan tatapan seperti itu tetapi setiap Ken menatapku aku hanya bisa berjanji dalam hati “Aku tak akan meninggalkan mu. Aku akan tetap menunggu”.
Sifat Ken yang kekanak-kanakan kadang membuat ku jengkel. Sifatnya yang membuatku harus selalu mengalah dan sabar. Sifatnya selalu membuatku pusing dan bingung. Jika sudah seperti ini aku langsung menceritakan keluh kesahku kepada Akira. Akira selalu siap mendengar apapun yang akan aku ceritakan. Apapun yang aku ceritakan dia selalu bisa membuatku lupa dengan semua itu. Entah mengapa begitu mudah bagiku untuk menceritakan semua hal kepada Akira tapi sulit menceritakan kepada yang lain.

            Semakin sering kami berhubungan menjadi semakin dekat. Aku pun masih seperti biasa selalu menceritakan Ken kepada Akira sampai suatu hari sahabatku Rin mengatakan sesuatu…

“Luna kau sudah bersahabat lama dengan Akira?” Tanya Rin.

“Tentu, tetapi tidak selama persahabatan kita”

“Apakah sampai saat ini kau masih menunggu Ken?” Tanya Rin tiba-tiba.

“Iya, mengapa tiba-tiba kau menanyakan hal itu?” Pertanyaan Rin membuatku tertegun.

“Apa kau masih dan akan terus menunggu Ken?” Rin menegaskan pertanyaannya.

“Mmmmm, aku tidak tau Rin” Jawabku bingung.

“Apa kau tidak menyadarinya?”

“Apa?”

“Kau benar-benar tidak menyadarinya atau kau pura-pura tidak menyadarinya?”

“Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan Rin”

“Luna kau dan Akira begitu dekat, aku tau kau memang mudah dan sangat dekat dengan semua laki-laki”

“Ya, lalu?”

“huft, kau ini terlalu banyak bercanda hingga sulit sekali peka dengan sekelilingmu.”

“hahahaha” Lalu aku terdiam. Bingung tepatnya.

“Akira menyukaimu Luna. Kau tahu itu?”

“Hah?”

“Akira menyukaimu. Kau tidak pernah menyadarinya atau kau tidak mau mengakuinya? Kau tau saat dia menatapmu… itu bukan tatapan biasa.”

“Ah kau ini. Tidak mungkin. Apa kau sudah gila. Kau tau kan Akira adalah sahabatku jadi tidak mungkin dia menyukaiku”

“Terserah kau saja. Yang pasti kau harus segera menyadarinya atau kau harus segera jujur kepada dirimu sendiri bahwa Akira yang selalu ada didekatmu itu menyukaimu mungkin bukan hanya menyukaimu tapi juga menyayangimu…lebih dari seorang sahabat”

“benarkah?”

“segera menyadarinya atau menyesal”

Semua yang dikatakan Rin membuatku terdiam. Terdiam bingung dan tidak percaya dengan semua itu. “Akira menyukaiku tapi bagaimana bisa…”