Terimakasih.
Kata
yang kita ucapkan ketika seseorang telah menolong atau membantu kita dalam hal
apapun atau bentuk apapun.
Terimakasih.
Satu
kata begitu sederhana tapi dapat memberikan kebahagiaan tersendiri pada banyak
orang.
Terimakasih.
Untuk kamu yang telah
membuatku merasakan semua ini.
Terimakasih.
Untuk dia yang selalu
ada untukku disaat aku senang maupun sedih.
Terimakasih.
Untuk kalian yang
selalu ada dan menemani.
Menurutku hidup sangat tidak adil. Mengapa semua orang
begitu beruntung memiliki hidup yang sempurna sedangkan aku tidak. Mereka bisa
begitu bahagia saat tertawa seprti tidak ada yang harus difikirkan atau
dikhawatirkan. Sering kali aku memaki hidupku sendiri. Betapa tidak
menyenangkan menjadi diriku. Panggil saja aku Luna usiaku 19 tahun dan aku
sangat senang menulis. Semua yang ku alami pasti akan aku tuangkan dalam sebuah
tulisan atau hanya sekedar imajinasi yang ku tuangkan dalam tulisan.
“tulisanmu
bagus sekali Luna, aku sangat menyukainya”
“terimakasih
banyak”
“sepertinya semua yang
kau tulisakan adalah kehidupanmu, hidupmu begitu menyenangkan luna”
Aku hanya bisa
tersenyum saat mereka mengatakan jika hidupku ini menyenangkan. Kalian salah!!!
Hidupku begitu menyedihkan. Dan semua cerita yang ku tulis tidak semuanya pernah
ku alami itu hanya imajinasi saja.
Aku memiliki beberapa teman dekat, ya sangat dekat.
Berawal dari sebebuah pertemanan lalu persahabatan. Saling berbagi membuat kami
menjadi semakin dekat seperti keluarga. Berbagi kebahagiaan, berbagi kesedihan,
berbagi banyak cerita. Dia adalah salah satu sahabatku, sahabat yang sangat
menjengkelkan. Akira. Begitulah aku biasa memanggilnya. Sahabat yang memiliki
banyak… ya tidak banyak juga, yang memiliki sedikit banyak kesamaan denganku.
Karena aku yang tidak pernah memikirkan jarak antara lawan jenis yang membuatku
dengan Akira juga yang lainnya begitu dekat. Dengan Akira aku bisa menceritakan
banyak hal. Dengan Akira aku bisa tertawa. Dengan Akira aku bisa meluapkan
semua keluh kesahku tentang Ken.
Ken adalah orang yang sangat aku sayangi. Jika melihat
Ken rasanya semangatku meningkat beribu-ribu kali lipat. Seseorang yang sangat
menyebalkan tapi selalu bisa membuatku merindukannya. Tapi Ken juga yang selalu
membuatku murung dan sedih karena nyatanya Ken bukan siapa-siapa dalam
kehidupanku. Aku bisa menceritakan itu semua kepada Akira dan Akira selalu
memiliki caranya tersendiri untuk menghiburku dan membuatku lupa tentang apa
yang sedang aku alami saat itu. Selain Ken Akira pun selalu memberikan semangat
kepadaku. Bukan hanya memberikan semangat tetapi dia juga tidak pernah lupa mengingatkan
ku untuk menjaga kesehatan. Akira adalah sahabat yang sangat baik sekali. Sampai
akhirnya aku menyadari sesuatu yang selama ini ada tapi tidak pernah ku lihat.
Semenjak bertemu Ken dan Akira aku lebih mensyukuri hidup
yang kumiliki sekarang. Ternyata masih banyak diluar sana bahkan teman dekat ku
sendiri yang hidupnya sangat menyedihkan. Dan baru-baru ini aku mengetahui ada
beberapa temanku yang iri denganku karena hidup yang ku jalani saat ini. Aku
terdiam merenung. Aku tidak habis pikir dengan semua itu. Aku yang selalu
mengeluh dengan hidup ku tetapi ada orang lain yang ingin sekali sepertiku.
Betapa bodohnya aku ini tidak mensyukuri semua yang telah aku miliki.
Ken banyak menceritakan
berbagai hal kepadaku. Aku sangat senang mendengarnya bercerita terutama saat
dia menghentikan ceritanya lalu menatapku dalam-dalam dan tersenyum. Walaupun
sebenarnya sampai sekarang aku tak pernah mengerti mengapa akhir-akhir ini Ken
sering kali menatapku dengan tatapan seperti itu tetapi setiap Ken menatapku
aku hanya bisa berjanji dalam hati “Aku tak akan meninggalkan mu. Aku akan
tetap menunggu”.
Sifat Ken yang
kekanak-kanakan kadang membuat ku jengkel. Sifatnya yang membuatku harus selalu
mengalah dan sabar. Sifatnya selalu membuatku pusing dan bingung. Jika sudah seperti
ini aku langsung menceritakan keluh kesahku kepada Akira. Akira selalu siap
mendengar apapun yang akan aku ceritakan. Apapun yang aku ceritakan dia selalu
bisa membuatku lupa dengan semua itu. Entah mengapa begitu mudah bagiku untuk
menceritakan semua hal kepada Akira tapi sulit menceritakan kepada yang lain.
Semakin sering kami berhubungan menjadi semakin dekat.
Aku pun masih seperti biasa selalu menceritakan Ken kepada Akira sampai suatu
hari sahabatku Rin mengatakan sesuatu…
“Luna kau sudah
bersahabat lama dengan Akira?” Tanya Rin.
“Tentu, tetapi tidak
selama persahabatan kita”
“Apakah sampai saat ini
kau masih menunggu Ken?” Tanya Rin tiba-tiba.
“Iya, mengapa tiba-tiba
kau menanyakan hal itu?” Pertanyaan Rin membuatku tertegun.
“Apa kau masih dan akan
terus menunggu Ken?” Rin menegaskan pertanyaannya.
“Mmmmm, aku tidak tau
Rin” Jawabku bingung.
“Apa kau tidak
menyadarinya?”
“Apa?”
“Kau benar-benar tidak
menyadarinya atau kau pura-pura tidak menyadarinya?”
“Aku tidak mengerti apa
yang kau bicarakan Rin”
“Luna kau dan Akira
begitu dekat, aku tau kau memang mudah dan sangat dekat dengan semua laki-laki”
“Ya, lalu?”
“huft, kau ini terlalu
banyak bercanda hingga sulit sekali peka dengan sekelilingmu.”
“hahahaha” Lalu aku
terdiam. Bingung tepatnya.
“Akira menyukaimu Luna.
Kau tahu itu?”
“Hah?”
“Akira menyukaimu. Kau
tidak pernah menyadarinya atau kau tidak mau mengakuinya? Kau tau saat dia
menatapmu… itu bukan tatapan biasa.”
“Ah kau ini. Tidak
mungkin. Apa kau sudah gila. Kau tau kan Akira adalah sahabatku jadi tidak
mungkin dia menyukaiku”
“Terserah kau saja.
Yang pasti kau harus segera menyadarinya atau kau harus segera jujur kepada
dirimu sendiri bahwa Akira yang selalu ada didekatmu itu menyukaimu mungkin
bukan hanya menyukaimu tapi juga menyayangimu…lebih dari seorang sahabat”
“benarkah?”
“segera menyadarinya
atau menyesal”
Semua yang dikatakan
Rin membuatku terdiam. Terdiam bingung dan tidak percaya dengan semua itu. “Akira menyukaiku tapi bagaimana bisa…”