Dua
tahun berlalu, aku sudah tidak memikirkan kejadian saat itu. Sekarang hanya aku
seorang diri yang terus menata hidup agar menjadi lebih baik. Hari ini
pekerjaanku sudah selesai dan besok adalah akhir pekan, sudah lama sekali aku
tidak melihat matahari terbenam ditempat itu. Akhirnya aku bergegas menuju
kesana. Seperti dulu ditemani secangkir kopi dan menikmati hembusan angin yang
lembut aku menunggu matahari terbenam.
“Cynthia.”
“Oh,
Hai Wiliam.”
“Boleh
aku duduk?”
“Tentu.”
“Apa
kabar mu?”
“Aku
baik, seperti yang kau lihat. Bagaimana dengan mu?”
“Sama
seperti mu.”
“Dimana
Linda? Kau tak bersamanya?”
“Dia
pergi…”
“Maaf
aku tidak bermaksud membaut mu sedih.”
“Oh
tidak, aku tidak sedih, aku senang jika ia pergi.”
“Oh
begitu.”
“Kau
tidak ingin tahu?”
“Untuk
apa? Tidak ada urusannya dengan ku. Tapi jika kau ingin bercerita aku akan
menjadi pendengar yang baik.”
“Linda
tidak benar-benar mencintaiku, dia hanya ingin harta yang ku miliki dan ia
menyukai teman ku. Dia bahkan tidak pernah memperhatikan ku sedikitpun, selalu
aku yang harus menuruti kemauannya.”
“Aku
ikut sedih mendengarnya.”
“Cynthia,
aku menyesal telah meninggalkan mu dan memilih Linda. Setelah Linda pergi aku
baru sadar bahwa kau yang benar-benar tulus pada ku bahkan aku sangat
merindukan mu. Aku ingat saat kau rewel bertanya aku diamana, aku ingat saat
kau memarahi ku karena aku suka melihat perempuan lain, aku ingat saat kau
menyuruh ku makan dan mengirim pesan berkali-kali agar aku makan, secara fisik
kau memang tidak secantik Linda namun ternyata hal itu tidak penting, yang
penting adalah hatimu, kau sangat cantik karena hatimu dan cintamu yang tulus
dan aku merindukan semua itu. Cynthia, maafkan aku.”
“Wil,
sebelum kau meminta maaf aku sudah memaafkan mu.”
“Terimakasih
banyak, apakah kau masih sendiri?”
“Memangnya
kenapa?”
“Bisa
kah kita seperti dulu lagi?”
“Uuhhmm,
entahlah Wil. Rasa sakit itu masih membekas.”
“Aku
mengerti, tapi aku akan tetap berusaha agar kita bisa seperti dulu.”
Bersamaan
dengan perkataan Wiliam matahari pun terbenam. Aku tidak tahu harus berbuat apa
dengan yang ditanyakan olehnya.
Malam
harinya aku berpikir jika aku bersama lagi dengan Wiliam apakah dia akan
mengulangi hal yang sama. Aku mengirimkan pesan singkat padanya malam itu juga.
“aku mencintaimu
setabah embun
menggantung
ujung daun
aku mencintaimu
sesetia mentari
bersinar
pagi hari
aku mencintaimu
seperkasa karang
menentang
lautan
aku mencintaimu
sesederhana itu”
“Aku
mengerti Cynthia, Terimakasih banyak, kali ini aku tidak akan melepaskan mu
lagi, aku berjanji.”